watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MALING PEMERKOSA

Tiba-tiba sebuah suara keras membangunkan
kami di tengah malam. Fatimah istriku memeluk
lenganku saking ketakutannya. Suara itu datang
dari arah dapur. Sepertinya kaca yang jatuh
berantakan. Naluriku mengatakan ada hal yang
tak beres ada di dalam rumah ini. Aku bangun
dan menyalakan lampu. Istriku berusaha
menahan aku. Dengan hati-hati aku bangun dan
membuka pintu dan melangkah ke dapur.

Aku kaget dengan ketakutan yang amat saat
muncul sosok asing di bawah jendela dapurku.
Nampak di lantai kaca jendela pecah berserakan.
Pasti dia ini maling yang hendak mencuri di
rumah kami. Sama-sama
kaget dengan gesitnya pencuri ini berdiri dan
melangkah pendek menyambar pisau dapur kami
yang tidak jauh dari tempatnya. Orang ini lebih
gede dari aku. Dengan rambut dan jambangnya
yang nggak bercukur nampak begitu sangar.
Dengan pakaiannya yang T. Shirt gelap dan
celana jean bolong-bolong dia menyeringai
mengancam aku dengan pisau dapur itu.
Aku memang lelaki yang nggak pernah tahu
bagaimana berkelahi. Melihat ulah maling ini
langsung nyaliku putus. Dengan gemetar yang
sangat aku berlari kembali ke kamar tidurku dan
menutup pintunya. Namun kalah cepat dengan
maling itu. Aku berusaha keras menekan untuk
mengunci sebaliknya maling itu terus mendorong
dengan kuatnya. Istriku histeris berteriak-teriak
ketakutan,
“Ada apa Maass.. Toloonngg.. Tolongg..”
Namun teriakan itu pasti sia-sia. Rumah kami
adalah rumah baru di perumahan yang belum
banyak penghuninya. Tetangga terdekat kami
adalah Pak RT yang jaraknya sekitar 30 rumah
kosong, yang belum berpenghuni, dari rumah
kami. Sementara di arah yang berbeda adalah
bentangan kali dan sawah yang luas berpetak-
petak. Sejak pernikahan kami 2 tahun yang lalu,
inilah rumah kredit kami yang baru kami tinggali
selama 2 bulan ini.
Upaya tarik dan dorong pintu itu dengan pasti
dimenangkan oleh si maling. Aku terdepak jatuh
ke lantai dan maling itu dengan leluasa memasuki
kamar tidur kami. Dia mengacung-acungkan
pisau dapur ke isteriku agar tidak berteriak-teriak
sambil mengancam hendak memotong leherku.
Istriku seketika ‘klakep’ sepi. Sambil
menodongkan pisau ke leherku dengan kasar aku
diraihnya dengan menarik bajuku keluar dari
kamar. Matanya nampak menyapu ruangan
keluarga dan menarikku mendekat ke lemari
perabot. Pasti di nyari-nyari benda berharga yang
kami simpan.
Dia menemukan lakban di tumpukkan macam-
macam peralatan. Dengan setengah membanting
dia mendorong aku agar duduk di lantai. Dia me-
lakban tangan dan kakiku kemudian mulutku
hingga aku benar-benar bungkem. Dalam
keadaan tak berkutik aku ditariknya kembali ke
kamar tidurku. Istriku kembali berteriak sambil
menangis histeris. Namun itu hanya sesaat.
Maling ini sungguh berpengalaman dan berdarah
dingin. Dia hanya bilang,
“Diam nyonya cantiikk.. Jangan membuat aku
kalap lhoo..” kembali istriku ‘klakep’ dan sepi.
Nampak maling itu menyapukan pandangannya
ke Kamar tidurku.

Dia melihati jendela, lemari,
tempat tidur, rak kset dan pesawat radio di
kamarku. Dia sepertinya berpikir. Semuanya
kusaksikan dalam kelumpuhan dan kebisuanku
karena lakban yang mengikat kaki tanganku dan
membungkam rapat mulutku.
Tiba-tiba maling itu mendekati Fatimah istriku
yang gemetar menggulung tubuhnya di pojok
ranjang karena shock dan histeris dengan
peristiwa yang sedang terjadi. Dengan lakbannya
dia langsung bekap mulutnya dan direbahkannya
tubuhnya di ranjang. Aku tak kuasa apa-apa
hanya mampu tergolek dan berkedip-kedip di
lantai. Aku melihat bagaimana sorot mata
ketakutan pada wajah Fatimah istriku itu.
Ternyata maling itu merentangkan tangan istriku
dan mengikatnya terpisah di kanan kiri kisi-kisi
ranjang kayu kami. Demikian pula pada kakinya.
Dia rentangkan dan ikat pada kaki-kaki ranjang.
Dan akhirnya yang terjadi adalah aku yang
tergolek lumpuh di lantai sementara Fatimah
istriku telentang dan terikat di ranjang pengantin
kami.
Perasaanku sungguh tidak enak. Aku khawatir
maling ini berbuat diluar batas. Melihat sosoknya,
nampak dia ini orang kasar. Tubuhnya nampak
tegar dengan otot-ototnya yang membayang dari
T. Shirt dekilnya. Aku taksir tingginya ada sekitar
180 cm. Aku melihati matanya yang melotot
sambil menghardik,
“Diam nyonya cantiikk..” saat melihat istriku yang
memang nampak sangat seksi dengan pakaian
tidurnya yang serba mini karena udara panas di
kamar kami yang sempit ini.

“Aku mau makan dulu ya sayaang.. Jangan
macam-macam”. Dia nyelonong keluar menuju
dapur. Dasar maling nggak bermodal. Dia
ngancam pakai pisauku, ngikat pakai lakbanku
sekarang makan makananku.
Nampak istriku berontak melepaskan diri dengan
sia-sia. Sesekali nampak matanya cemas dan
ketakutan Memandang aku. Aku menggeleng-
gelengkan kepalaku dengan maksud melarangnya
bergerak banyak. Hemat tenaga.
Sesudah makan maling itu gelatakan membukai
Berbagai lemari dan laci-laci di rumah. Dia nggak
akan dapatkan apa-apa karena memang kami
nggak punya apa- apa. Aku bayangkan betapa
wajahnya akan kecewa karena kecele. Kudengar
suara gerutu. Nampaknya dia marah.
Dengan menendang pintu dia kembali masuk
kamar tidur kami. Membuka lemari pakaian dan
mengaduk-adukkannya. Dilempar-lemparkannya
isi lemari hingga lantai penuh berserakan. Dia
buka kotak perhiasan istriku. Dibuang-buangnya
perhiasan imitasi istriku.
Karena tak mendapatkan apa yang dicari Maling
mengalihkan sasaran kekecewaan. Dia pandangi
istriku yang telentang dalam ikatan di ranjang. Dia
mendekat sambil menghardik,
“Mana uang, manaa..? Dasar miskin yaa..? Kamu
umpetin dimana..?”
Tangannya yang mengkilat berotot bergerak
meraih baju tidur istriku kemudian menariknya
dengan keras hingga robek dan putus kancing-
kancingnya. Dan yang kemudian nampak
terpampang adalah bukit kembar yang begitu
indah. Payudara Fatimah yang sangat ranum dan
padat yang memang selalu tanpa BH setiap waktu
tidur. Nampak sekali wajah maling itu terkesima.
Kini aku benar-benar sangat takut. Segala
Kemungkinan bisa terjadi. Aku saksikan adanya
perubahan raut mukanya. Sesudah tidak
mendapatkan uang atau benda berharga dia jadi
penasaran. Dia merasa berhak mendapat
pengganti yang setimpal. Maling itu lebih
mendekat lagi ke Fatimah dan dengan terus
memandangi buah dadanya yang sangat sensual
itu. Pelan-pelan dia duduk ditepian ranjang.
“Dimana kamu simpan uangmu nyonya
cantiikk..?” sambil tangan turun menyentuh tubuh
Fatimah yang sama sekali tak bisa menolak
karena kaki dan tangannyaterikat lakban itu. Dan
tangan itu mulai mengelusi dekat Payudaranya.
Ampuunn.. Kulihat bagaimana mata Fatimah
demikian paniknya. Dia merem memejamkan
matanya sambil Memperdengarkan suara dari
hidungnya,

“Hheehh.. Hheehh.. Heehh..”.
Istriku mengeluarkan air mata dan menangis,
menggeleng-geleng kepalanya sambil
mengeluarkan dengus dari hidungnya.

Dan sentuhan maling itu tidak berhenti di tempat.
Air mata istriku merangsang dia semakin brutal.
Tangan-tangannya dengan tanpa ragu mengelus-
elus dan kemudian meremas-remas buah dada
Fatimah serta bagian tubuh sensitive lainnya. Hal
ini benar-benar membuat darahku menggelegak
marah. Aku harus berbuat sesuatu yang bias
menghentikan semua ini apapun risikonya. Yang
kemudian bisa kulakukan adalah menggerakkan
kakiku yang terikat, menekuk dan kemudian
menendangkan ke tepian ranjangku. Maling itu
terkaget namun sama sekali tidak bergeming.
“Hey, brengsek. Mau ngapain kamu. Jangan
macam-macam. Jangan ganggu istrimu yang
sedang menikmati pijitanku,”dia menghardik aku.

Dan aku memang langsung putus asa. Aku tak
mungkin berbuat apa-apa lagi. Kini hanya batinku
yang meratapi kejadian ini.
Dan yang terjadi berikutnya adalah sesuatu Yang
benar-benar mengerikan. Maling itu menarik
robek seluruh busana tidur istriku. Dia benar-
benar membuat Fatimah telanjang kecuali celana
dalamnya. Lantas dia rebah merapatkan
tubuhnya disampingnya. Istriku nampak bak rusa
rubuh dalam terkaman serigala. Dan kini
pemangsanya mendekat untuk mencabik-cabik
untuk menikmati tubuhnya.

Dari matanya mengalir air mata dukanya. Dia tak
mampu berpuat apa-apa lagi. Dalam setengah
telanjangnya aku kian menyadari betapa
cantiknya Fatimah istriku ini. Dia tunjukkan betapa
bagian-bagian tubuhnya menampilkan sensualitas
yang pasti menyilaukan setiap lelaki yang
memandangnya. Rambutnya yang mawut
terurai, pertemuan lengan dan bahu melahirkan
lembah ketiak yang bias menggoyahkan iman
para lelaki.
Payudaranya yang membusung ranum dengan
pentilnya yang merah ungu sebesar ujung jari
kelingking sangat menantang. Perut dengan
pinggulnya yang.. Uuhh.. Begitu dahsyat
mempesona syahwat. Aku sendiri terheran
bagaimana aku bisa menyunting dewi secantik
ini.
Dan kini maling brutal itu menenggelamkan
mukanya ke dadanya. Dia menciumi dan
menyusu Payudaranya seperti bayi. Dia
mengenyoti pentil istriku yang nampaknya
berusaha berontak dengan menggeliat-geliatkan
tubuhnya yang dipastikan sia-sia. Dengan
semakin beringas nafsu nyolongnya kini berubah
menjadi nafsu binatang yang dipenuhi birahi.

Dengan gampang dia menjelajahkan
moncongnya ke sekujur tubuh Fatimah. Dia
merangsek menjilat-jilat dan menciumi ketiak
istriku yang sangat sensual itu. Inilah pesta
besarnya. Dia mungkin tak pernah
membayangkan akan mencicipi nikmat tidur
dengan perempuan secantik Fatimah istriku ini.
Menjarah dengan kenyotan, jilatan dan
ciumannya maling ini merangsek ke tepian
pinggul Fatimah dan kemudian naik ke perutnya.
Dengan berdengus-dengus dan nafasnya yang
memburu dia menjilati puser Fatimah sambil
tangannya gerayangan ke segala arah meremas
dan nampak terkadang sedikit mencakar
menyalurkan gelegak nafsu birahinya.
Perlawanan istriku sudah sangat melemah. Yang
terdengar hanyalah gumam dengus mulut
tersumpal sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya sebagai ungkapan penolakannya.

Mungkin ketakutan serta kelelahannya membuat
stamina-nya ‘down’ dan lumpuh. Sementara
sang maling terus melumati perut dan menjilat-
jilat bagian-bagian sensual tubuhnya.
Kebringasan serta kebrutalan hasrat syahwat
maling ini semakin meroket ke puncak. Jelas akan
memperkosa istriku di depan aku suaminya. Dia
bangun dari ranjang dan dengan cepat melepasi
T. Shirt serta celana dekilnya. Dia menelanjangi
dirinya. Aku terkesima. Maling itu memiliki postur
tubuh yang sangat atletis dan menawan menurut
ukuran tampilan tubuh lelaki. Dengan warna
kulitnya yang coklat kehitaman berkilat karena
keringatnya nampak dadanya, otot lengannya
perutnya begitu kencang seperti pelaku binaraga.
Tungkai kakinya, paha dan betisnya sungguh
serasi banget.

Yang membuat aku terperangah adalah
kemaluannya. kont*l maling itu begitu
mempesona. Muncul dari rimbun jembutnya
kont*l itu tegak ngaceng dengan bonggol
kepalanya yang juga berkilatan karena kerasnya
tekanan darah syahwatnya yang mendesakinya.
Besar dan panjangnya di atas rata-rata kemaluan
orang Asia dan nampak sangat serasi dalam
warna hitaman pada awalnya kemudian sedikit
belang kecoklatan pada leher dan ujungnya.
Lubang kencingnya muncul dari belahan bonggol
yang mekar menantang.
Kesan kekumuhan awal yang kutemui dari
rambut dan jambang yang tak bercukur serta
pakaiannya yang dekil langsung musnah begitu
lelaki maling ini bertelanjang. Dia nampak sangat
jantan macam jagoan.
Dalam ketakutan dan panik istriku Fatimah melihat
saat maling itu bangun dan dengan cepat
melepasi pakaiannya. Begitu lelaki maling itu
benar-benar telanjang aku melihat perubahan
pada wajah dan mata istriku. Wajah dan
pandangannya nampak terpana. Yang belumnya
layu dan kuyu kini beringas dengan mata yang
membelalak. Mungkin karena ketakutannya yang
semakin jadi atau karena adanya ’surprise’ yang
tampil dari sosok lelaki telanjang yang kini ada
bersamanya diranjangnya. Anehnya
pandangannya itu tak dilepaskannya hingga ekor
matanya mengikuti kemanapun lelaki maling itu bergerak.

Walaupun aku tak berani menyimpulkan secara
pasti, menurut pendapatku wajah macam itu
adalah wajah yang diterpa hasrat birahi. Adakah
birahi Fatimah bangkit dan berhasrat pada lelaki
maling yang dengan brutal telah mengikat dan
menelanjangi tubuhnya di depan suaminya itu.
Ataukah ’surprise’ yang disuguhkan lelaki itu telah
membalik 180 derajat dari takut, marah dan benci
menjadi dorongan syahwat yang dahsyat yang
melanda seluruh sanubarinya? Ahh.. Aku dirasuki
cemburu buta. Aku sering mendengar
perempuan yang jatuh cinta dengan penculiknya.
Lelaki maling turun dari ranjang dan merangkak
di depan arah kaki Fatimah yang terikat. Dia
meraih kaki Fatimah yang terikat dan mulai
dengan menjilatinya. Lidahnya menyapu ujung-
ujung jari kaki istriku kemudian mengulumnya.
Aku menyaksikan kaki Fatimah yang seakan
disengat listrik ribuan watt. Kaget meronta dan
meregang- regang. Aku tidak pasti. Apakah itu
gerak kaki untuk berontak atau menahan kegelian
syahwati. Sementara lelaki maling itu terus
menyerang dengan jilatan-jilatannya di
telapaknya. Demikian dia melakukan pada kedua
tungkai kaki istriku untuk mengawali lumatan dan
jialatan selanjutnya menuju puncak nikmat
syahwatnya.

Dengan caranya maling itu memang sengaja
Menjatuhkan martabatku sebagai suami Fatimah.
“Mas, istrimu enak banget loh. Boleh aku ent*t ya?
Boleh.. Ha ha. Aku ent*t istrimu yaa..”
Dan aku disini yang tergolek macam batang
pisang tak berdaya hanya mampu menerawang
dan menelan ludah.
Namun ada yang mulai merambati dan merasuk
ke dalam sanubariku. Aku ingin tahu, macam apa
wajah Fatimah saat kont*l maling itu nanti
menembusi kemaluannya. Dan keinginan tahuku
itu ternyata mulai merangsang syahwat birahiku.
Dalam tergolek sambil mata tak lepas
memandangi ulah lelaki maling telanjang yang
melata bak kadal komodo di atas tubuh pasrah
istriku yang jelita kont*lku jadi menegang. Aku
ngaceng.
Kusaksikan betapa maling itu merangsek ke
Selangkangan istriku. Dia menciumi dan
menyedoti paha Fatimah serta meninggalkan
merah cupang di setiap rambahannya. Namun
yang membuat jantungku berdegup kencang
adalah geliat-geliat tubuh istriku yang terikat serta
desah dari mulutnya yang terbungkam. Aku
sama sekali tidak melihatnya sebagai perlawanan
seorang yang sedang disakiti dan dirampas
kehormatannya. Istriku nampak begitu hanyut
menikmati ulah maling itu.
Aku memastikan bahwa Fatimah telah tenggelam
dalam hasrat seksualnya. Dia menggeliat-geliat
dan menggoyang-goyangkan tubuhnya
teristimewa pinggul serta pantatnya. Fatimah
dilanda kegatalan birahi yang sangat dahsyat dan
kini nuraninya terus menjemput dan merindui
kenyotan bibir si maling itu. Dalam pada itu aku
berusaha tetap berpikir positip. Bahwa sangat
berat menolak godaan syahwat sebagaimana
yang sedang dialaminya. Secara pelan dan pasti
kont*lku sendiri semakin keras dan tegak
menyaksikan yangharus aku saksikan itu.
Dan klimaks dari pergulatan ‘perkosaan’ itu terjadi.
Lelaki maling itu menenggelamkan bibirnya ke
Bibir vagina Fatimah. Dia menyedot dan
mengenyoti itil istriku dan meneruakkan lidahnya
menembusi gerbang kemaluannya. Tak
terelakkan..
Dalam kucuran keringat yang terperas dari
tubuhnya Fatimah menjerit dalam gumam
desahnya. Pantatnya semakin diangkatnya tinggi-
tinggi. Dia nampak hendak meraih orgasmenya.
Bukan main. Biasanya sangat sulit bagi Fatimah
menemukan orgasme. Kali ini belum juga maling
itu melakukan penetrasi dia telah dekat pada
puncak kepuasan syahwatnya. Ah.. Lihat ituu..
Benar.. Fatimah meraih orgasmenya.. Nittaa..
Dia mengangkat tinggi pantatnya dan tetap
Diangkatnya hingga beberapa saat sambil
terkejat-kejat. Nampak walaupun tangannya
terikat jari-jarinya mengepal seakan hendak
meremas sesuatu. Dan kaki-kakinya yang
meregang mengungkapkan betapa nikmat
syahwat sedang melandanya. Itulah yang bisa
ditampilkan olehnya dikarenakan tangan serta
kakinya masih terikat ke ranjang.
Dan sang maling tanggap. Sebelum keburu
Fatimah Kelelahan dia naik menindih tubuh istriku
dan menuntun kont*lnya ke lubang vaginanya.
Beberapa kali dia mengocok kecil sebelum
akhirnya kemaluan yang lumayan gede dan
panjangnya itu tembus dan amblas ditelan
mem*k istriku.
Maling itu langsung mengayun-ayunkan
kont*lnya ke lubang nikmat yang sepertinya
disemangati oleh istriku dengan menggoyang
dan mengangkat-angkat pantat dan pinggulnya
agar kont*l itu bisa menyentuhi gerbang
rahimnya.

Aku sendiri demikian terbakar birahi Menyaksikan
peristiwa itu. Khususnya bagaimana wajah istriku
dengan rambutnya yang berkeringat mawut
jatugh ke dahi dan alisnya. kont*lku sangat
tertahan oleh celana sempitku. Aku tak mampu
melakukan apa-apa untuk Melepaskan dorongan
syahwatku.
Genjotan maling itu semakin cepat dan sering.
Aku pastikan bahwa maling itu sedang dirambati
nikmat birahinya. kont*lnya yang semakin tegar
kaku nampak licin berkilat karena cairan birahi
yang melumurinya nampak seperti piston diesel
keluar masuk menembusi mem*k istriku. Aku
bayangkan betapa nikmat melanda istriku.
Dengan kondisinya yang tetap terikat di ranjang,
pantatnya nampak naik turun atau mengegos
menimpali pompan kont*l lelaki maling itu.
Sebentar lagi spermanya akan muncrat mengisi
rongga kemaluan istriku. Dan nampaknya
istrikupun akan mendapatkan orgasmenya
kembali. Orgasme beruntun. Bukan main. Selama
menikah aku bisa hitung berapa kali dia berkejat-
kejat menjemput orgasmenya. Namun bersama
maling ini tidak sampai 1 jam dia hendak
menjemput orgasmenya yang ke dua.
Saat-saat puncak orgasme serta ejakulasinya
semakin dekat, lelaki itu mendekatkan wajahnya
ke wajah Fatimah dan tangannya meraih
kemudian melepas lakban di mulut istriku.

Namun dia tak memberinya kesempatan untuk
teriak. Mulutnya langsung menyumpal mulut
istriku. Aku saksikan mereka saling berpagut. Dan
itu bukan pagutan paksa. Istriku nampak
menimpali lumatan bibir maling itu. Mereka
tenggelam dalam nikmatnya pagutan. Dan ahh..
ahh.. aahh..
Maling itu melepas cepat pagutannya dan sedikit
bangkit. Dia menyambar pisau dapur yang masih
ada di dekatnya. Dengan masing-masing sekali
sabetan kedua ikatan tangan Fatimah terbebas.
Dan pisau itu langsung dilemparkannya ke lantai.
Tangan maling itu cepat memeluki tubuh istriku
serta bibirnya memagutinya. Dan tanpa ayal dan
ragu begitu terbebas tangan istriku langsung
memeluki tubuh lelaki maling ini. Kini aku
menyaksikan persetubuhan yang nyaris
sempurna. Lelaki maling bersama Fatimah istriku
langsung tenggelam mendekati puncak
syahwatnya.
Hingga…
“Aarrcchh.. Cantikk.. Aku keluaarr..
Hhoohh.. Ampun
enaknyaa..”
Istriku juga mendesis hebat, tak ada omongan
namun jelas, dia kembali meraih orgasmenya.
Dengan tangannya yang bebas dia bisa
melampiaskan gelegak birahinya.

Tangannya
mencakar punggung maling itu dan
menancapkan kukunya. Nampak bilur sejajar
memanjang di kanan kiri punggungnya
merembes kemerahan. Punggung maling itu
sempat terluka dan berdarah.
Masih beberapa saat mereka dalam satu pelukan
sebelum pada akhirnya lelaki maling itu bangkit
dan menarik kont*lnya dari kemaluan istriku. Aku
langsung menyaksikan spermanya yang kental
melimpah tumpah dan meleleh dari lubang
vagina Fatimah. Sesaat mata maling itu melihati
tubuh istriku yang nampak lunglai. Dia lantas
bergerak efektif.
Maling itu turun dari ranjang, memakai celana dan
T.Shirt-nya. Dia mencopot selembar sarung
bantal. Dia mengeluarkan dari kantongnya HP-ku
dan HP istriku, jam tangan, perhiasan dan
segepok uang simpananku, mungkin hanya
sekitar 500-an ribu rupiah. Dia masukkan hasil
curiannya ke sarung bantal itu. Tak sampai 2
menit sejak turun ranjang dia langsung keluar
dan kabur meninggalkan aku yang masih terikat
tak berdaya di lantai dan Fatimah yang telanjang
sesudah diperkosanya. Dia telah mencuri barang-
barangku dan menikmati tubuh dan kemaluan
istriku.
Fatimah nampak bengong sambil melihati aku,
“Maaf, maass.. Aku harus memuaskan nafsu
syahwatnya agar dia tidak menyakiti Mas..”
Fatimah sudah siap dengan alibinya. Aku hanya
diam. Nikmat seksual memang bisa mengubah
banyak hal.

Hingga kini, sesudah 8 tahun menikah hingga
mempunyai 2 anak aib itu tak pernah diketahui
orang. Kami sepakat menyimpannya dalam-
dalam.
Sesekali kulihat istriku bengong. Aku
memakluminya. Setidaknya memang postur
tubuhku serta kaliber kemaluanku tak mungkin
mengimbangi milik lelaki maling itu.


Adult | GO HOME | Exit
1/3922
U-ON

inc Powered by Xtgem.com